Monday 22 April 2024

gandhari

hampir seperempat abad kau hidup di sisiku,
baru belakangan ini aku menyadari kehebatanmu.

rasa sayangku tak pernah berubah,
syukur pun tak henti kuucap,
tapi rasa kagum luput dari ruang di hatiku.

ibu,
kau puan yang mempertaruhkan nyawamu demi membawaku ke dunia.
di tengah badai yang menerpa dirimu, kau memilih untuk mempertahankanku.
untuk apa, aku tak tahu.
harapan apa yang sudah kau taruh padaku saat itu, ibu?

aku di masa kecil adalah anak yang sulit,
susah ditidurkan dan banyak menangis.
kututup mulutku saat kau menyuapiku
dan kubawa surat panggilan dari sekolah saat aku tiba di rumah.
masih, kau mengantarkanku ke dokter terbaik di kota.

ibu, kau bukan seorang perawat.
tetapi setiap bulan, kau merawat aku kecil menginap di rumah sakit.
kau bukan seorang alim,
tetapi kau mengirimku belajar mengaji hingga remaja.
kau bilang kau bukan seorang cerdas,
tetapi kau melakukan apapun yang bisa kau lakukan agar aku menjadi cerdas.

ibu,
aku ingin masuk ke dalam hatimu.
menjelajah luas isinya karena kau tak pernah membagikannya padaku.

ibu,
jika aku belum bisa membanggakanmu,
maka maafkanlah anakmu.
jika harapan yang kau taruh pada aku kecil belum menjadi nyata,
maka langitkanlah doa untuknya.
ia sadar kau rela mempertaruhkan segalanya demi kebahagiaannya,
dan ia sadar ia tak akan pernah bisa membalasnya.

ibu,
di saat-saat terkelamku,
tolong genggam tangan anakmu,
berikan ia sedikit legowo yang berlimpah di hatimu.

tapi tolong, ibu.
jangan jadi kuat demi anakmu.
jangan jadi kuat demi aku.
biarkan aku merasakan sedikit pengorbananmu.
biarkan aku menguatkanmu.

ibu,
jika ada doa yang kau panjatkan kepada langit,
maka doaku hanyalah agar langit mengabulkannya.
semoga tuhan memberkatimu
dengan cinta yang selalu kau berikan untukku.



No comments:

Post a Comment