Saturday 29 April 2023

Selamat Hari Raya Idul Fitri.

https://vt.tiktok.com/ZS8TjKd5P/

Tadi pagi, video di atas lewat di beranda Tiktok-ku. Nonton videonya aja udah bikin tersentuh, tapi baca komennya bikin makin terenyuh karena ternyata banyak orang yang ngerasa dihargai dan diperhatiin lewat video ini.

Faktanya, musim liburan dan hari raya bukan momen yang bisa bikin bahagia semua orang. Di balik nuansa euforia yang sekilas tampak representatif, ada disforia yang sama lumrahnya tapi ga ditampilkan di depan khalayak aja.

Aku adalah salah satu orang yang dari dulu cenderung gloomy di musim-musim liburan, terutama dari bulan Ramadhan ke hari raya lebaran. Awalnya kukira gloomy ini cuma gara-gara suasana di sekitarku jadi sepi. Bulan puasa kafe-kafe tutup jadi ga bisa nongkrong di luar sama temen pas siang bolong, pergi nongkrong juga bingung mau ngapain soalnya ga bisa makan-minum-dll. Belum lagi kotaku jadi perantauan banyak pendatang dari luar kota, jadi justru makin sepi pas musim liburan karena penduduknya pada mudik ke kota asal mereka. Sebagai akamsi yang ga punya tempat lain untuk disinggahi, rasanya aku kayak orang yang selalu ditinggal sendirian di tempat yang sama di saat orang-orang di sekitarku dateng dan pergi dengan kehidupan mereka masing-masing.

Ada beragam pengalaman yang secara berbeda dialami oleh tiap orang di musim sukacita ini. Buatku pribadi, tema emosi ga nyaman yang paling banyak muncul di periode ini adalah kesepian dan kecemasan. Tapi selain kesepian dan kecemasan, seenggaknya ada beberapa perasaan ga nyaman lain yang sering aku temui di diriku maupun orang lain menjelang dan saat hari raya, yang sebenernya mirip sama yang udah dirangkumin sama psikolog Mba Disya lewat twitnya. Antara lain rasa bersalah, sedih dan kedukaan, kebencian dan iri hati, stres dan kelelahan, dan kekecewaan.

Emosi ga nyaman mestinya sangat lazim buat dialami orang-orang di periode ini. Setelah googling barusan, aku baru tau kondisi ini ada istilahnya, yaitu holiday blues. Kalau dipikir-pikir, kondisi ini wajar ada karena memang kita ga bisa memaksakan semua orang merasakan emosi yang sama di momen yang sama. Emosi itu suatu hal yang personal dan ga bisa dipukul rata. Kembali ke prinsip dasar pengalaman subjektif individu: orang yang berbeda, dengan karakteristik yang berbeda dan kondisi lingkungan yang berbeda, akan mengalami dinamika emosi yang berbeda pula.

Buat sebagian besar orang, musim liburan jadi waktu menyenangkan yang ditunggu-tunggu. Ini jadi momen yang pas buat kumpul sama keluarga dan temen-temen, buat bersantai, buat perayaan sukacita. Buat sebagian sisanya, musim liburan jadi waktu yang penuh dengan rasa sedih, cemas, kesepian, dan kecewa. Salah satu alasannya adalah karena mereka ga bisa mencapai ekspektasi akan liburan yang ideal dan justru mengalami banyak tekanan. Ya, ujung-ujungnya idealisme hari raya ini yang kayaknya jadi akar konflik personal dan interpersonal yang dialami beberapa orang. Momen hari raya juga sering jadi kesempatan buat refleksi diri, yang sayangnya bisa juga spiraling down ke overthinking hingga kecemasan atau depresi.

Ngerasa sedih, cemas, dan sepi, pas hari raya kayaknya masih sering dianggap tabu. "Harusnya ini momen buat berbahagia!" Kalau memang beberapa orang belum menemukan hal-hal yang bikin mereka merasa demikian di hari raya, sebenernya kenapa sih harus dipaksakan? Idealisme untuk berbahagia itu kan datang dari ekspektasi bahwa hari raya ini harusnya diisi kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, jadi kalau beberapa orang belum bisa mengalami kegiatan-kegiatan tersebut, wajar banget mereka ga berbahagia. Tuntutan buat jadi bahagia ini malah jadi bumerang yang bisa jadi beban dan malah bikin ya... susah bahagia.

Misalnya, yang belum bisa berkumpul dengan orang tersayang (karena belum bisa mudik, karena baru berpisah, karena baru berduka) atau yang bisa berkumpul dengan orang sekitar tapi belum bisa merasa nyaman dengan kehadiran orang-orang tersebut (karena berkonflik, karena ga deket, karena mengalami kekerasan verbal/fisik/seksual). Atau orang-orang yang belum mencapai ekspektasi-ekspektasi lain seputar hari raya, contohnya secara finansial (belum bisa ngasih THR buat keluarga, baru aja kehilangan penghasilan, baru ngalamin kerugian) atau spiritual (baru pindah agama, atau sekadar belum bisa ibadah dengan maksimal di bulan Ramadhan). Belum lagi tuntutan buat membuka diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang harus dilalui dalam interaksi hari raya ini (kapan nikah? kapan punya anak? kapan lanjut pendidikan? kapan naik jenjang karirnya?). Udah sedih, ketambahan FOMO dan insecure juga liat kondisi orang lain yang keliatannya lebih baik daripada diri.

Di sisi lain, ada orang-orang yang justru ga berkesempatan ngerasain kebahagiaan hari raya karena harus mengalokasikan perhatian mereka ke hal lain. Misalnya, orang tua yang baru punya anak, orang-orang yang baru mulai merantau, pekerja bidang layanan yang harus nyambi kerja, atau para tuan rumah di musim mudik ini yang justru harus sibuk nyiapin segala persiapan lebaran (masak jumlah besar, bagi-bagi hampers, nyiapin rumah buat jadi basecamp kumpul keluarga). Ke-nggakmampu-an buat menikmati hari raya 'sebagaimana mestinya' jadi beban tersendiri. Orang-orang yang lagi pupus harapan (abis putus, abis cerai, batal nikah, batal lanjut sekolah) juga harus sibuk berdamai dengan kondisi mereka sendiri. Belum lagi, bab maaf-memaafkan ga bisa di-deadline buat sukses dilakukan di hari raya. Pada akhirnya, adanya proses adaptasi pribadi bakal jadi tantangan lebih besar di momen hari raya.

Di luar contoh-contoh yang kusebut tadi, pasti masih banyak ragam pengalaman ga mudah yang dialami orang-orang di hari raya, yang harus kita akui juga keberadaannya. Jadi, buat siapapun yang lagi di kondisi ga nyaman selama liburan, aku harap kalian inget bahwa perasaan kalian valid dan kalian ga sendirian ngerasain hal itu. Meskipun mungkin susah buat sekadar menerima perasaan sedih yang kalian rasain di antara sukacita orang lain, aku harap masih ada hal lain yang bisa jadi hiburan buat kalian di momen ini. Terakhir, selamat lebaran buat semua orang-orang yang belum bisa merayakan lebaran sebagaimana yang diharapkan!

No comments:

Post a Comment